transformasi cita-cita

ketika usiaku 6 tahun, aku ditanya..."klo udah besar cita-citanya mau jadi apa?"
"Insinyur", jawabku antusias.
insinyur adalah satu-satunya cita-citaku, hingga aku duduk di bangku sekolah dasar. Di penghujung sekolah menengah pertamaku, cita-cita itu berubah... "aku ingin menjadi pengajara."
begitu seterusnya hingga aku akan mengikuti SPMB, cita-citakupun berubah..."Aku ingin menjadi guru SD yang sarjana."
Cita-cita itu sebuah cermin kondisi jiwa dan lingkungan seseorang. Menjadi insinyur, pengacara ataupun guru semuanya memiliki alasan. alasan yang emang pas dengan kondisinya saat itu. Bisa jadi pola fikir, kebutuhan atau bahkan trend. tapi, satu hal yang aku sadari. cita-cita lah yang membuat seseorang bisa bertahan "hidup"! benar kata M.Iqbal, walau sulit, proses pencapaian sebuah cita-cita adalah proses yang menghidupkan seseorang. Nah, supaya gairah pencapaian cita-cita itu lebih besar maka harus dilengkapi dengan syarat. Anismatta mengatakan bahwa semakin mulia sebuah cita-cita itu maka semakin besar kekuatan yang akan mendorong pencapaiannya. yups. keluhuran dari sebuah cita-cita akan membuat qt semakin bersemangat mencapainya. so, mari membuat cita-cita...