"gesah"

Pagi ini suasana kampus begitu ramai. Hampir di setiap tempat terlihat mahasiswa dengan berbagai aktivitasnya. Aku duduk di bawah salah satu pohon rindang didepan bangunan yang telah banyak mencetak para calon guru di bumi sriwijaya ini, tepat di depan tempatku duduk terdapat mushallah yang besarnya jelas tidak akan bisa menampung semua muslim yang ada di fakultas ini. Di samping mushallah terdapat tanah lapang yang diatasnya sedang dibangun sebuah bangunan. Pandanganku fokus melihat bangunan itu. Fikiranku melayang ke masa lalu, ketika aku dengan teman-temanku mengenakan seragam opdik dan duduk rapi sambil mendengarkan "arahan" panitia penyambutan mahasiswa baru.

"Selamat datang adik-adik, kalian harus bersyukur karena telah berhasil masuk ke kampus ini. Tidak banyak teman-teman kalian yang berhasil masuk ke kampus ini. oleh sebab itu kalian benar-benar harus bisa memanfaatkan kesempatan. Nikmati kehidupan sebagai mahasiswa, jadilah mahasiswa yang benar-benar mahasiswa. Para generasi yang mampu menyuarakan hati nurani rakyat, agen of change! Kalian adalah generasi yang dinanti oleh negeri ini untuk segera bangkit dari keterpurukkannya. Hidup Mahasiswa!!!"

Masih begitu jelas dimemoriku apa yang disampaikan oleh Rio, ketua pelaksana penyambutan mahasiswa baru pada saat itu. Doktrin pertama yang masuk dalam fikiranku. Sejak saat itu, aku mulai berfikir apa saja yang akan aku lakukan selama dikampus ini, hari-hari yang menyenangkan akan segera datang ! Fikirku.

Kini, tanah lapang itu akan segera diganti dengan sebuah bangunan yang katanya adalah gedung serbaguna. Tempat mahasiswa melakukan semua aktivitasnya. Ya semoga itu benar-benar terjadi hingga lahir para pahlawan yang benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Semoga bukan utopia semata.

"Assalamu'alaikum, apa kabar mbak? Ucapan salam tiba-tiba memutus anganku.

"Wa'alaikummussalam, Alhamdulillah baik. Adek cak mano?" tanyaku dalam logat palembang yang khas.

"Baek mbak" jawabnya singkat, sambil duduk disampingku.

Beberapa waktu kemudian, kami telah asyik bercengkrama. Nita, anita larasati tepatnya. Dia adalah adik tingkatku di fakultas ini. Tahun ini, Nita baru naik ketingkat dua.

"By the way, gimana ngajinya Dek? Liqo'nya jalan?" Dengan hati-hati, aku meneruskan pertanyaanku.

"Iya, mbak" jawabnya.

"Hem….gimana dengan ngajimu yang satu lagi?" tanyaku ragu-ragu.

Bukan rahasia, kalau Nita kini tidak seutuhnya berada dalam barisan kami. Dua bulan yang lalu, ia juga mulai rutin mengikuti pengajian di tempat lain. Bahkan, terlibat langsung dengan kegiatan-kegiatannya. Ia pernah ikut ke Jakarta untuk mendeklarasikan semboyan mereka: Menegakkan khilafah islamiyah di negeri tercinta ini!

"Sama, mbak. Kedua-duanya tetap jalan" jawabnya bersemangat.

"Kenapa, mbak?" tanyanya kemudian.

"Bukankah menuntut ilmu itu sangat dianjurkan? Dan baguskan jika kita banyak dapat ilmu di setiap tempat?" lanjutnya.

"Iya, bagus. Tapi…." Ucapanku terputus seketika karena seseorang memangil Nita.

"Nitaaa……, cepet. Bapaknyo sudah dateng, tuh!" seru teman nita dari tempat yang cukup jauh dari tempat kami duduk.

"Aduh, maaf mbak ya. Saya harus masuk kelas. Lain kali kita sambung lagi obrolannya" akhirnya, sambil bergegas Nita meninggalkanku.

"Ya Rabb…Bimbinglah kami selalu" lirih do'aku dalam hati.

Aku kembali mengamati lingkungan di sekitarku. Pandanganku terhenti pada beberapa mahasiswa yang terlihat berada di sekitar Mushallah. Mereka tampak asyik berdiskusi. Senyumku terkembang melihatnya. Senyumku semakin lebar ketika kulihat didalam Mushalah ada beberapa teman satu angkatan yang sedang berbicara disamping kain pembatas di dalam Mushallah. "Subhallah, semoga kami selalu istiqomah di jalanMu ya Rabb" do'aku panjatkan kembali pada Sang Pemilik do'a.

Matahari mulai naik sepenggalah, waktu dhuha telah tiba. Perlahan, aku beranjak dari tempatku duduk dan berjalan menuju mushallah. Segeraku dirikan shalat dua rakaat sebagai wujud syukurku kepadaNya. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh pundakku.

"Mbak! maaf telat. Tadi ado rapat angkatan. Ngapo mbak? Nak ikut ngomongi aku?" kayak mbak-mbak yang lainnyo? tuduhnya

"Jangan mbak, aku sudah bosan harus menghadapi mbak-mbak! Kemarin mbak Ana, mbak Ais, sampai mbak Ri. Semua telah menganggap aku bermasalah, aku rusak, aku pembelot. Aku capek, mbak!!" paparnya.

"Lho….lho…lho… ada apa dek? Apa maksudmu?" Tanyaku heran.

"Mbak pasti telah mendegar semuanya tentangku dari Kaka, Bas dan lainnya!"

'Mendengar apa?"

"Maaf mbak, aku mengecewakanmu. Keputusanku sudah bulat. Aku bukanlah adik kecilmu yang dulu. Banyak hal yang telah berubah pada diriku. Aku benar-benar sudah rusak. Aku telah menentukan pilihanku, aku telah meminta izin untuk keluar walau sampai saat ini, aku masih dibiarkan dengan jawaban yang masing mengambang. Toh keputusanku sudah bulat"

"Keputusan apo?afwan dek, mbak bener-bener binggung. Mbak ngajak ketemu bukan untuk menghakimi atau meminta penjelasanmu. Tapi jinggok kondisi cak ini, kayaknyo adek memang harus cerito".

"yo sudah mbak, kito pindah tempat be jangan di sini kito ke atas be. di sini rame.

Dengan bergegas, kami menuju ruang kuliah ditingkat dua.

"disini be mbak" ucapnya.

Keputusanku sudah bulat mbak. Sampai saat ini aku masih liqo'. Aku jugo sudah ngomong dengan murabiku. Aku akan keluar dari semua organisasi yang ku ikuti sekarang. Aku akan bergabung dengan teman-teman yang mbak-mbak anggap anak kiri.

"maksudnyo, dek?"

Aku akan begabung dengan gerakan yang benar-benar kontra pemerintahan. Aku bakal berubah dalam waktu dua bulan kedepan. Bahkan masa depanku telah kurancang. Aku dak galak berjuang didalam organisasi yang tidak pure gerakan mahasiswa. Kito samo-samo tahu, IKMM, HMM dan lainnyo itu adalah gerakan reformis. Dibalik IKMM ado GolPar, dibalik HMM ado gerindra dan termasuk KMM-ia menyebut sebuah organisasi yang statusnya masih tercatat sebagai salah satu anggota penggurusnya- ado SPS dibaliknya… sejenak ia berdiam diri, dan lanjutnya : "Dia telah mengontrol hidupku. Bahkan, ia telah menaklukkanku. Aku harus pergi membangun peradaban bersamanya. Jangan sedih ya mbak karena batinku tetap ada pada kalian. Do'akan agar takdir berpihak padaku". Serta merta ia menarikku, kepelukkannya seraya berkata "aku pergi ya mbak, selamat tinggal…"

Aku hanya terdiam, tubuhku seperti terpaku. Sekali lagi, aku hanya bisa bergumam dengan lisanku "semoga Allah selalu ridho pada kita…"

Komentar

  1. Ye kasih tpuk tangan rame - rame leni udah bisa bikin cerpen hehe..
    cerpen yang aktifis banget, yang masalah kampus banget, yang tentang tarbiyah banget jadi yang baca baca jadi mumet banget hehe... becanda. udah bagsu koko, tapi kurang universal, masalah yang di angkat udah basi..tanapa konfliks dan ending yang mengggigit..kalo diibaratka makan rot jadi ngak ada rasanya alias hambar, kayak makan roti tawar tanapa selai and susu hehe...kekep semangat nulis ukh ...........DNS

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer